Monday, March 30, 2015

Suhu adalah salah satu faktor yang paling penting dalam budidaya ikan nila. Suhu optimum ikan nila bervariasi, tergantung pada bobot ikan, spesies, dan lokasi kolam. Ikan yang berukuran kecil lebih mudah beradaptasi dibandingkan dengan ikan yang berukuran besar. Penelitian El-Sayed dan M. Kawanna menyimpulkan bahwa 28 °C adalah suhu optimum Nile Tilapia untuk bertumbuh. Pertambahan berat badan ikan pada suhu 28°C hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pada suhu 24°C dan 32°C. Watanabe (1993) menemukan untuk Florida Red Tilapia mencapai pertambahan bobot tertinggi pada suhu 27°C dengan kadar salinitas 0 permil.

El-Sayed (1996) menemukan bahwa tingkat kematian ikan pada kolam tanah dengan kedalam 50 cm jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kolam dengan kedalaman 100-200 cm. Hal ini disebabkan bahwa kolam yang dangkal cenderung memiliki perubahan fluktuasi suhu yang tinggi akibat sinar matahari. Bila kolam memiliki kedalaman yang cukup, maka ikan dapat naik atau turun pada kedalaman yang suhunya paling nyaman untuk dirinya.

Penelitian Wang dan Tsai (2000) menemukan bahwa ikan yang berumur kurang dari 10 hari yang dibudidayakan pada suhu rendah cenderung menghasilkan ikan nila betina, sedangkan bila dibudidayakan pada suhu relatif tinggi setelah berumur 10 hari akan menghasilkan ikan nila jantan. Baras at all (2001) menemukan bahwa larva ikan yang hidup pada 37.8-39.2°C selama 28 hari menghasilkan 90% ikan jantan. Penelitian ini menunjukkan bahwa suhu air mempengaruhi sex ratio pada ikan nila.

Lebih lanjut baca:


sumber: Tilapia Culture, El-Sayed 2006


Langkah pertama dalam budidaya ikan nila ialah pemilihan induk ikan yang akan dibiakkan. Sebagai induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara induk jantan dan betina adalah 1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau kolam pemeliharaan. Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, pertumbuhannya kurang pesat.

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan kualitas air, di antaranya:

Suhu

Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 °C.

pH 

Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan . Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .

Amonia 

Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.

Oksigen terlarut

Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 5 mg/l.

Kekeruhan Air 

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton; air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak mengandung diatom. Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru kurang baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan

sumber: wikipedia

Thursday, March 26, 2015

Pembesaran nila mulai dari benih berumur dua bulan (ukuran jempol) sampai nila berukuran 4-5 kg/ekor selama 4 bulan. Perhitungan yang digunakan dalam usaha pembesaran nila sebagai berikut:
  • Luas kolam 1000 m persegi merupakan lahan sewa
  • Benih yang akan dibesarkan sebanyak 60.000 ekor.
  • Jumlah tenaga kerja dua orang. Rp 750.000/bln/org.
  • Pembesaran ini selama empat bulan berukuran 200-300 g/ekor.
  • Total produksi nila konsumsi yang dipanen kurang lebih 10 ton. 

Modal sarana pembesaran

- Kolam 1000 meter persegi selama empat bulan
Rp. 1.200.000
- Benih nila 60.000 ekor
Rp. 9.000.000
- Alat perikanan
Rp. 500.000
Total
Rp. 10.700.000

Biaya operational         


- Pakan buatan sendiri
Rp. 42.000.000
- Tenaga kerja dua orang
Rp. 6.000.000
- Obat-obatan dan keperluan lain
Rp.10.000.000
Total
Rp. 58.000.000


Total Pengeluaran =Modal Sarana Pembesaran + Biaya Operational
                              = Rp. 10.700.000 + Rp. 58.000.000
                              = Rp. 68.700.000

Pendapatan sama dengan total produksi ikan dikalikan harga jual perkiloran
           Pendapatan = Total Produksi x Harga Jual
                              = 10.000 kg x Rp 15.000/kg
                              = Rp.150.000.000

Perhitungan keuntungan adalah pendapatan dikurangi pengeluaran
             Net Profit = Pendapatan – Total pengeluaran
                              = Rp.150.000.000 – Rp. 68.700.000
                              = Rp. 81.300.000

Break Event Point (BEP). 

Kembali modal dalam satuan harga perekor sebagai berikut:

BEP. Dalam satuan harga 

                              = Total Modal dibagi Total Produksi dalam kg
                              =68.700.000/ 10.000
                              = 6870
                              = Rp.6870 / kg (Kembali modal pada harga nila Rp. 6870 / kg dari Rp.15.000 /kg)

BEP. Kembali modal dalam satuan produksi 

                              = Total Modal dibagi Harga Jual nila /kg Rp.15.000
                              = 68.700.000 / 15.000
                              = 4580 (Kembali modal pada 4580 kg nila dari 10.000kg)

 Revenue Cost Ratio (R/C ratio) 

Perbandingan pendapatan dan pengeluaran.
                              =Pendapatan dibagi Pengeluaran
                              = 150.000.000 / 68.700.000
                               = 2.1
Nilai R/C ratio sebesar 2.1 menunjukan usaha pembesaran nila sangat menguntungkan jika dilakukan.
Dari setiap Rp.1 modal yang dikeluarkan, menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2.1 Perkiraan pendapatan ini adalah perkiraan kasar, bisa lebih rendah atau lebih tinggi tergantung dari pengelolaan dan keuletan pengusaha. perhitungan ini sebagai gambaran bidang usaha pembesaran saja tapi bisa juga untuk usaha lain sebagai contoh dalam menghitung rencana usaha.

sumber: http://ikannila.com/

Wednesday, March 25, 2015

Memelihara ikan dapat dilakukan dua cara: kolam terbuka dan metode jaring apung. Masing-masing cara pemeliharaan dan pembesaran khusunya ikan nila memiliki keuntungan dan kerugian. Beberapa pemikiran disini dapat dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di masing tempat budidaya ikan nila.

Metode Kolam Terbuka 

Memelihara ikan nila dengan cara kolam terbuka memberi tantangan tersendiri sekaligus memberi anda dua hal berikut:

Keuntungan memelihara nila pada kolam terbuka:

  • Mudah dipelihara,dilepas begitu saja tanpa membagi jenjang dan tingkatan ikan.
  • Tidak membutuhkan makanan tambahan untuk induk betina dan anak ikan atau bibit ikan.
  • Pembibitan ikan terjadi dengan alami tanpa penanganan khusus induk jantan dan betina sehingga terjadi perkawinan massal dan bibit ikan yang bervariasi dalam jumlah yang banyak. - Pemberian pakan ikan tidak perlu membagi ukuran dan tingkatan ikan, semua disama-ratakan bentuk pakan yang diberikan pada ikan. 
  • Biaya pemeliharaan kolam lebih murah dibanding dengan system lain. 

Kerugian memelihara nila pada kolam terbuka; 

  • Ukuran bibit ikan atau anak ikan yang tidak sama.
  • Pemberian pakan yang tidak tertarget sehingga hanya ikan besar yang banyak makan dan ikan kecil tidak kebagian.
  • Pemberian pakan yang tidak sesuai mengakibatkan pemborosan pakan atau sebaliknya yang berdampak pada pertumbuhan ikan yang lambat.
  • Jumlah bibit ikan dalam meter persegi lebih sedikit dibanding dengan system lain.
  • Penangkapan saat panen harus menurunkan volume air atau mengunakan jaring. 

 Metode Jaring Apung (Hapa)

Jaring apung atau net (semacam kelambu nyamuk) biasa digunakan didalam pembesaran ikan didanau atau waduk dan rawa. Jaring yang terbuat dari nylon ini cukup kuat dan tidak mudah sobek. Pembesaran nila di jaring apung umumnya mengunakan jaring berukuran 3x3x1 M3 hingga 9x9x2 M3. Pembuatan jaring apung adalah dengan mengikatkan jaring pada empat sudut tiang bamboo atau kayu. Dengan mengatur kedalam jaring sampai 0.5-1.5 meter dan sebagian jaring harus berada diatas permukaan air setinggi 30 Cm. Gunakan pemberat pada paling bawah jaring yang terendam pada empat sudut.

Keuntungan pemeliharaan nila metode jaring apung;

  • Produksi ikan lebih tinggi dalam setiap meter persegi
  • Anak ikan atau bibit ikan lebih seragam.
  • Pembibitan ikan lebih mudah ditanggani baik induknya pada saat perkawinan, penetasan dan pemisahan bibit ikan.
  • Mudah dalam penangkapan saat akan panen.
  • Pembesaran ikan berjenjang dan teratur dalam waktu panen. 

Kerugian metode jaring apung;

  • pengelolaan lebih rumit dan pengawasan yang lebih sering dilakukan.
  • Pemberian pakan yang harus teratur untuk setiap jaring yang berbeda jenis dan ukuran ikan. 
  • Jaring bisa rusak bila cuaca buruk datang
  • Pemeliharaan lewat jaring mudah di ambil oleh pencuri.
  • Biaya pembuatan sistim jaring lebih mahal dari cara lain. 
Tentu dengan mengenal untung dan rugi dalam membudidaya ikan akan lebih mudah menjalankan usaha. pemeliharaan nila cara terbuka dan cara apung menjadi pilihan yang kedua-duanya memberi keuntungan, membutuhkan ketelatenan dalam pengusahakan stok bibit nila dan pakan ikan nila menjadi prioritas utama dalam usaha nila .

Sumber: Petani itu Sahabatku.

Sunday, March 22, 2015

Formula pakan ikan didasarkan pada kandungan protein, lemak dan serat. Formula ikan dapat dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan ikan untuk anak ikan atau benih akan membutuhkan 50% protein, 8% lemak. Sedangkan untuk ikan dewasa membutuhkan protein antara 25-30% protein,  lemak 7%.

Cara membuat pakan ikan sesuai dengan kebutuhan ikan dapat menggunakan formula campuran dari bahan-bahan pembuatan pakan atau pellet ikan yang akan di jelaskan pada table formula ikan. Bahan-bahan pakan ikan adalah tepung ikan, ampas tahu, dedak, bungkil kelapa, jagung, tepung darah, limbah udang, minyak ikan. Bahan pakan ini banyak terdapat di setiap daerah. Jadi, untuk membuat pellet ikan tidak sulit karena 90% bahan sudah tersedia.

Setiap jenis bahan-bahan pakan tersebut memiliki kandungan protein yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu memperlajari / mengetahui berapa kandungan nutrisi bahan-bahan pakan sebelum membuat pellet ikan.

Contoh Table formula pakan ikan

Kandungan Protein Bahan Makanan Ikan

Nama Bahan
Protein
Lemak
Serat
Tepung Teri
63.71
4.21
3.6
Tepung Udang
47.47
8.95
4.49
Tepung Darah
80.85
5.61
0
Tepung Bekicot
39
9.33
1.05
Tepung Ikan
62.99
6.01
3.6
Tepung Kedelai
46.8
5.31
3.54
Tepung Terigu
12.27
1.16
0
Dedak Halus
13.3
2.4
9.4
Tepung Jagung
9.8
3.22
1.76
Tepung Singkong
0.85
0.3
0
Bungkil Kacang Tanah
34.5
13.7
10.7
Bungkil Kelapa
24.0
8.0
10
Tepung Ayam Segar
15.51
0.21
0.36

Hal penting yang harus di perhatikan dalam membuat  formula pakan ikan adalah ketersediaan bahan-bahan untuk membuat pellet ikan tersebut harus ada secara terus menerus. Jangan menggunakan bahan  yang ketersediannya terbatas atau musiman. Formula ikan yang berubah-ubah akan dapat menurunkan selera makan ikan dalam waktu sementara yang akan berakibat pada pertumbuhan ikan yang lambat.

 
Berikut Kita akan membuat makanan ikan nila dengan dua macam bahan pakan, untuk melihat pengaruh dari setiap bahan dan  berapa kandungan protein dari campuran dua atau lebih bahan pakan.
Tabel campuran pakan ikan berprotein rendah
Campuran
Bahan Pakan

 
Jumlah
Kandungan Protein




A
Tepung ikan
10 %
5.50

Dedak
90 %
11.97

Total
100 %
17.47

Tepung ikan
10 %
5.50
B
Jagung
90 %
8.55

Total
100 %
14.05

Tepung ikan
10 %
5.50
C
Dedak
45 %
5.9

Jagung
45 %
4.2

Total
100 %
15.6
Ketiga A,B,C campuran di atas masih terlalu rendah untuk mencapai spesifikasi diet yang kita harapkan protein 26 %. Bahkan campuran tiga bahan pada campuran C tepung ikan, dedak, jagung tidak mencukupi. Dan jika kita mencampur bahan pakan yang berprotein tinggi setelah tepung ikan,  ampas kacang tanah dan ampas tahu maka hasilnya-pun akan terlalu tinggi.

Mari kita lihat:
Tabel campuran pakan ikan berprotein tinggi
Campuran
Bahan Pakan

 
Jumlah
Kandungan Protein




A
Tepung ikan
10 %
5.50

Exp.Kacang tanah
90 %
31.05

Total
100 %
36.55

Tepung ikan
10 %
5.50
B
Ext. tahu
90 %
42.12

Total
100 %
47.62

Tepung ikan
10 %
5.50
C
Exp.kacang T.
45 %
15.5

Exp. tahu
45 %
21.6

Total
100 %
42.6
Seperti kita ketahui kedua table diatas; Tabel campuran pakan ikan berprotein rendah, Tabel campuran pakan ikan berprotein tinggi. Tidak mencapai spesifikasi protein yang kita inginkan 26 %. Jika kedua campuran ini, protein rendah dan protein tinggi di campurkan maka protein yang kita harapkan kemungkinan akan tercapai. Ingat campuran bahan yang kita pakai hanya 90 % dari sepuluh persen tepung ikan dengan protein 5.5 %. Jadi, 26% dikurangi 5.5% sisa 20.5%. kita hanya mencari 20.5% dari campuran bahan pakan. dengan kata lain bahan pakan selain tepung ikan akan berisi 20.5x100/90=22.78%.

Jadi, setiap dua bahan pakan harus mencapai 22.8% protein hasil akhir dari campuran. Ada empat kemungkinan campuran yang akan didapat dari bahan berprotein rendah dan protein tinggi.

Untuk mendapatkan kebutuhan pakan sesuai standar yang di tentukan,kita dapat menggabungkan bahan pakan protein rendah dan bahan pakan protein tinggi.Protein rendah yaitu dedak, jagung dan protein tinggi adalah ampas kedelai, ampas kacang tanah.
Mari kita coba menggabungkan bahan pakan protein rendah dan protein tinggi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :  

                
Catatan:
Pengurangan antara no.(3) dengan no.(1) menghasilkan no.(5)
Sedangkan pengurangan antara no.(3) dengan no.(2) menghasilkan no.(4)

Kombinasi dari bahan-bahan diatas dapat di hitung sebagai berikut:
 a) kacang tanah  =.     9.5    . x100=44.81% (44.8%)           (100.0%)
                    (9.5+11.7)
dedak     =.     11.7    . x100=55.19% (55.2%)                 
              (9.5+11.7)
 b) kacang tanah =.      13.0    . x100=52.63% (52.6%)                  (100.0%)
                    (13.0+11.7)
jagung   =.      11.7    . x100=47.37% (47.4%)                
               (13.0+11.7)
 c) kedelai     =.     9.5    . x100=28.36% (28.4%)                  (100.0%)
                    (9.5+24.0)
dedak     =.     24.0    . x100=71.64% (35.1%)                 
              (9.5+24.0)
 d)kedelai     =.      13.0    . x100=35.14% (35.1%)               (100.0%)
                    (24.0+13.0)
jagung     =.      24.0    . x100=64.86% (64.9%)              
                 (24.0+13.0)
Jadi, keempat alternative diatas, setiap pasangan bahan hanya mencampur 90% saja, seperti kita lihat dibawah ini:
1.     44.8 × 0.9 = 40.3% kacang dan 55.2 × 0.9 = 49.7% dedak    (Totals=90%)
2.     52.6 × 0.9 = 47.3% kacang dan 47.4 × 0.9 = 42.7% jagung
3.     28.4 × 0.9 = 25.6 tahu dan 71.6 × 0.9 = 64.4% dedak
4.     35.1 × 0.9 = 31.6 tahu dan 64.9 × 0.9 = 58.4% jagung
(Totals = 90%)

Sekarang kita dapat melihat hasil ke-empat campuran bahan pakan protein dan lemak, bahkan harga dari setiap campuran yang kita buat.
Ingat spesifikasi diet yang kita rencanakan adalah protein 26% dan lemak 7%.


Ke-empat formula pakan ikan nila yang kita buat tampak sebagai berikut:
Bahan2 1/
Campuran
Harga Bahan
Contribusi
(%)
Harga (Rp./ton)
Lemak (%)
Protein (%)
a) T.ikan
10.0

0.60
5.50
Dedak
49.7

1.19
6.61
Kacang T.
40.3

5.52
13.90
100.0

7.31
26.01
b) T.ikan
 10.0

0.60
5.50
Jagung
42.7

1.92
4.18
Kacang T.
 47.3

6.48
16.32

100.0

9.00
26.00
c) T.ikan
10.0

0.60
5.50
Dedak
64.4

1.55
8.57
Tahu
25.6

0.33
11.98

100.0

2.48
26.05
d) T.ikan
10.0

0.60
5.50
Jagung
58.4

2.63
5.72
Tahu
31.6

0.41
14.79
100.0

3.64
26.01

Seperti kita lihat ke-empat campuran sudah mencapai nilai nutrisi ikan yang kita butuhkan 26% protein, dan lemak 7% pada campuran a,b juga tercapai. Pada campuran c,d kita bisa mengunakan minyak nabati atau hewani sebanyak 2% sampai 3% sebagai tambahan. Selamat mencoba.





Sumber: Mitra Pustaka