Thursday, October 13, 2016

Jumlah pakan yang diberikan pada ikan nila bergantung pada ukuran ikan dan temperatur kolam. Pakan yang diberikan dihitung dari persentasi bobot badan rata-rata ikan. Semakin besar ukuran ikan maka rasio pakan terhadap bobot ikan semakin rendah. Dengan demikian jumlah pakan harus disesuaikan dengan bobot badan ikan secara berkala.

Tuesday, April 21, 2015

Azolla Pinnata
Azolla (bahasa Inggris: Azolla, ferny azolla, mosquito fern; bahasa daerah: mata lele (Jawa), kayu apu dadak, kakarewoan (Sunda)) adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung banyak terdapat di perairan yang tergenang terutama di sawah-sawah dan di kolam. Azolla mempunyai permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup bersimbosis dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi Nitrogen (N2) dari udara.

Azolla pinnata merupakan tumbuhan kecil yang mengapung di air, terlihat berbentuk segitiga atau segiempat. Azolla berukuran 2-4 cm x 1 cm, dengan cabang, akar rhizoma dan daun terapung. Azolla banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan oleh ikan. Oleh karena banyak mengandung vitamin, azolla bisa menghemat pakan anda. Azolla sangat cocok untuk ikan nila, dan sekaligus menjadi pakan alternatif dalam budidaya ikan nila.

Pemberian tumbuhan Azolla dilakukan pada nila yang berumur setelah 1 bulan dari larva. Pemberian azolla kepada ikan sebaiknya dalam bentuk kering. Hal ini penting dilakukan mengingat kadar air yang tinggi pada azolla yang jika dimakan ikan hanya akan mengeyangkan saja tetapi azolla yang dimakan proteinnya rendah. Alhasil ikan justru akan mengalami keterlambatan pertumbuhan.

Kemudian pemberian azolla secara terus menerus juga kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Walaupun ikan akan sehat tapi tingkat perkembangan akan lambat. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Pemberian azolla secara terus menerus dalam keadaan basah menyebabkan ikan setiap saat akan terpenuhi kebutuhan pakannya. Saat ikan lapar sedikit saja maka azolla akan dimakan sedikit demi sedikit. Jika ikan  sudah kenyang hanya dari azolla maka jika kita memberikan pakan pelet dengan protein tinggi, alhasil pakan pelet kita tidak dimakan. Namun jika ditangkap dan diseser, kita akan mendapatkan ikan dengan perut yang gendut tapi miskin protein. Sehingga disimpulkan pemberian azolla dalam bentuk basah kurang baik untuk pertumbuhan, sebaiknya diberikan dalam bentuk kering dengan protein yang tinggi.

Pemberian azolla basah dalam kolam klinik untuk menampung ikan yang sakit justru bisa sebagai diet yang baik untuk ikan. Ikan yang sakit memerlukan hijauan untuk memulihkan pencernaannya. Disinilah peran azolla sebagai pakan ikan yang sedang sakit. Azolla dapat menetralkan air kolam ikan, menyerap polutan, dan menciptakan pakan alami didalam kolam.

TIPS (dikumpulkan dari berbagai sumber) :

Informasi berikut ini dikumpulkan dari berbagai sumber, tetapi belum diverifikasi kebenarannya:
  • Sebagai pakan, Azolla sebaiknya diberikan kering terutama pada ikan omnivora, tetapi pada ikan herbivora ikan lebih menyukai bila azolla diberikan dalam kondisi segar.
  • Pengeringan Azolla cukup diangin-anginkan. Bila dijemur akan merusak nutrisi.
  • Penempatan Azolla di kolam lele tidak membuat lele memakan Azolla, malah dimakan saat diberikan terpisah (dicampur pakan biasanya/pelet). Tetapi kalau di kolam Nila, Azolla Tidak Bisa Panjang Umur,karena bisa habis dalam sekejap.
  • Kompos Azolla bisa digunakan sebagai media untuk media cacing lumbricus, dan azolla segarnya bisa untuk pakan. Cacing lumbricus sangat cepat dan mudah dibudidayakan, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani ikan(dalam bentuk tepung atau hidup).
sumber: 




Wednesday, April 15, 2015

Para peternak ikan nila tentunya sudah tahu bahwa kebutuhan biaya pakan untuk ikan menduduki variable tertinggi dibandingkan variable lainnya. Kebutuhan pakan bisa mencapai 50% – 60% dibandingkan biaya pembelian benih yang hanya berkisar 10% – 20% saja. Meskipun harga benih mengalami kenaikan, sebenarnya hal itu tidak menjadi masalah pada budidaya nila segment pembesaran, selama peternak bisa membuat pakan alternatif sendiri.

Banyak cara untuk mendapatkan pakan alternatif di sekitar kita. Ide ini muncul ketika saya mengambil ayam tiren di lokasi peternakan ayam potong di daerah saya. Saya perhatikan di bawah kandang banyak kotoran ayam yang menumpuk. Setelah saya amati ternyata banyak belatung yang hidup pada media tersebut.

Selain itu, pakan sentrat ayam dari atas kandang banyak yang berjatuhan, bercampur dengan kotoran ayam potong. Nah…. ini dia yang saya cari, selain sudah ada belatungnya, ditambah lagi dengan sentrat yang tentunya mengandung nutrisi untuk pertumbuhan. Saya langsung pesan 1 sak, dengan upah Rp.3000 per saknya.

Kalau dihitung secara cermat, dengan biaya Rp.3000 mendapatkan kotoran ayam sekitar 30kg, berarti biaya per kg hanya Rp.100. Meskipun beberapa sumber menyebutkan bahwa penggunaan pakan alternatif dari kotoran hewan membutuhkan 1,5 – 2 kali lipat dibandingkan pelet, maka jika 2 kali lipat berarti biaya menjadi Rp.200/kg.Ditambah biaya fermentasi sekitar Rp.350 per kg kotoran. Jumlah Total = Rp. Rp.550/kg Sangat murah bukan ?

Fungsi fermentor dalam fermentasi ini selain sebagai pengurai, juga dapat menghilangkan bau menyengat pada kotoran ayam potong.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :
  1. Masukkan kotoran ayam ke dalam bak/timba sebanyak 10kg
  2. Campurkan fermentor sebanyak 100 ml dengan air sebanyak 5 liter.
  3. Siramkan pada kotoran ayam hingga merata dan lembab agak basah.
  4. Jika pada awal memang sudah ada belatungnya, wadah tidak perlu ditutup rapat, cukup dibiarkan saja hingga 5 hari.
  5. Jika belum ada belatung, wadah ditutup rapat hingga 5 hari baru kemudian dibuka agar lalat bertelur dan muncullah maggot atau belatung.
  6. Pakan Fermentasi kotoran ayam siap diberikan ke ikan nila. 
 Untuk membuktikannya, saya coba pakan fermentasi kotoran ayam ini untuk ikan nila yang sudah berumur 1 bulan sejak ditebar, dengan memberikan di pinggir kolam bagian dalam, agar kelihatan jelas apakah nila mau memakannya ataukah tidak. Dan ternyata alhasil nila saya lahap berebut pakan fermentasi kotoran ayam ini. Namun ada kendala dalam penggunaan pakan fermentasi kotoran ayam ini, beberapa kawan yang telah mencoba mengeluh air kolam yang berbau setelah penggunaan 1 minggu. Cara mengatasinya yaitu dengan mengalirkan air sebanyak 25% – 50% dari debit air kolam, sehingga air lama keluar berganti air baru.

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba !!!

sumber: Mahakam


Tuesday, April 7, 2015

Ikan Nila matang secara kelamin mulai umur 5-6 bulan. Ukuran matang kelamin berkisar 30-350 g. Rasio betina : jantan berkisar antara (2-5) : 1. Keberhasilan pemijahan berkisar 20-30% dengan jumlah telur antara 1-4 butir/gram bobot induk.

Kelulushidupan (Survival Rate-SR) dari telur menjadi benih (ukuran < 5 gram) dapat mencapai 70-90%. SR fingerling menjadi ikan konsumsi berkisar 500-600 g dapat mencapai 70-98%. Nila menpunyai pertumbuhan rata-rata mencapai 4,1 gram/hari.

Nila mempunyai sifat omnivora (pemakan nabati maupun hewani), sehingga usaha budidayanya sangat efisien dengan biaya pakan yang rendah. Nilai Food Convertion Ratio (FCR) berkisar 0.8-1.6. Artinya, 1 kilogram Nila dihasilkan dari 0.8-1.6 kg pakan.  Nilai efisiensi pakan atau konversi pakan (FCR), ikan Nila yang dibudidayakan di tambak atau keramba jaring apung adalah 0.5-1.0; sedangkan ikan Mas sekitar 2.2-2.8. Pertumbuhan Ikan Nila jantan 40% lebih cepat dari pada Nila betina. Nila betina, jika sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat.

Telah ditemukan teknologi proses jantanisasi; yaitu membuat populasi ikan jantan dan betina maskulin melalui sex-reversal; dengan cara pemberian hormone 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari. Saat ini teknologi sex reversal telah berkembang melalui hibridisasi antarjenis tertentu untuk dapat menghasilkan induk jantan super dengan kromosom YY; sehingga jika dikawinkan dengan betina kromosom XX akan menghasilkan anakan jantan XY.

Pembenihan ikan Nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol dalam bak-bak beton. Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama. Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA), kolam, kolam air deras, perairan umun baik sungai, danau maupun waduk dan tambak. Budidaya Nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di keramba jaring apung 1.000 kg/unit/panen (200.000 kg/ha/penen), dan ditambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen. Nila ukuran 5- 8 cm yang dibudidayakan di tambak selama 2.5 bulan dapat mencapai 200 g.

sumber: www.smecda.com

Monday, March 30, 2015

Suhu adalah salah satu faktor yang paling penting dalam budidaya ikan nila. Suhu optimum ikan nila bervariasi, tergantung pada bobot ikan, spesies, dan lokasi kolam. Ikan yang berukuran kecil lebih mudah beradaptasi dibandingkan dengan ikan yang berukuran besar. Penelitian El-Sayed dan M. Kawanna menyimpulkan bahwa 28 °C adalah suhu optimum Nile Tilapia untuk bertumbuh. Pertambahan berat badan ikan pada suhu 28°C hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pada suhu 24°C dan 32°C. Watanabe (1993) menemukan untuk Florida Red Tilapia mencapai pertambahan bobot tertinggi pada suhu 27°C dengan kadar salinitas 0 permil.

El-Sayed (1996) menemukan bahwa tingkat kematian ikan pada kolam tanah dengan kedalam 50 cm jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kolam dengan kedalaman 100-200 cm. Hal ini disebabkan bahwa kolam yang dangkal cenderung memiliki perubahan fluktuasi suhu yang tinggi akibat sinar matahari. Bila kolam memiliki kedalaman yang cukup, maka ikan dapat naik atau turun pada kedalaman yang suhunya paling nyaman untuk dirinya.

Penelitian Wang dan Tsai (2000) menemukan bahwa ikan yang berumur kurang dari 10 hari yang dibudidayakan pada suhu rendah cenderung menghasilkan ikan nila betina, sedangkan bila dibudidayakan pada suhu relatif tinggi setelah berumur 10 hari akan menghasilkan ikan nila jantan. Baras at all (2001) menemukan bahwa larva ikan yang hidup pada 37.8-39.2°C selama 28 hari menghasilkan 90% ikan jantan. Penelitian ini menunjukkan bahwa suhu air mempengaruhi sex ratio pada ikan nila.

Lebih lanjut baca:


sumber: Tilapia Culture, El-Sayed 2006


Langkah pertama dalam budidaya ikan nila ialah pemilihan induk ikan yang akan dibiakkan. Sebagai induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara induk jantan dan betina adalah 1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau kolam pemeliharaan. Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, pertumbuhannya kurang pesat.

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan kualitas air, di antaranya:

Suhu

Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 °C.

pH 

Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan . Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .

Amonia 

Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.

Oksigen terlarut

Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 5 mg/l.

Kekeruhan Air 

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton; air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak mengandung diatom. Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru kurang baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan

sumber: wikipedia

Thursday, March 26, 2015

Pembesaran nila mulai dari benih berumur dua bulan (ukuran jempol) sampai nila berukuran 4-5 kg/ekor selama 4 bulan. Perhitungan yang digunakan dalam usaha pembesaran nila sebagai berikut:
  • Luas kolam 1000 m persegi merupakan lahan sewa
  • Benih yang akan dibesarkan sebanyak 60.000 ekor.
  • Jumlah tenaga kerja dua orang. Rp 750.000/bln/org.
  • Pembesaran ini selama empat bulan berukuran 200-300 g/ekor.
  • Total produksi nila konsumsi yang dipanen kurang lebih 10 ton. 

Modal sarana pembesaran

- Kolam 1000 meter persegi selama empat bulan
Rp. 1.200.000
- Benih nila 60.000 ekor
Rp. 9.000.000
- Alat perikanan
Rp. 500.000
Total
Rp. 10.700.000

Biaya operational         


- Pakan buatan sendiri
Rp. 42.000.000
- Tenaga kerja dua orang
Rp. 6.000.000
- Obat-obatan dan keperluan lain
Rp.10.000.000
Total
Rp. 58.000.000


Total Pengeluaran =Modal Sarana Pembesaran + Biaya Operational
                              = Rp. 10.700.000 + Rp. 58.000.000
                              = Rp. 68.700.000

Pendapatan sama dengan total produksi ikan dikalikan harga jual perkiloran
           Pendapatan = Total Produksi x Harga Jual
                              = 10.000 kg x Rp 15.000/kg
                              = Rp.150.000.000

Perhitungan keuntungan adalah pendapatan dikurangi pengeluaran
             Net Profit = Pendapatan – Total pengeluaran
                              = Rp.150.000.000 – Rp. 68.700.000
                              = Rp. 81.300.000

Break Event Point (BEP). 

Kembali modal dalam satuan harga perekor sebagai berikut:

BEP. Dalam satuan harga 

                              = Total Modal dibagi Total Produksi dalam kg
                              =68.700.000/ 10.000
                              = 6870
                              = Rp.6870 / kg (Kembali modal pada harga nila Rp. 6870 / kg dari Rp.15.000 /kg)

BEP. Kembali modal dalam satuan produksi 

                              = Total Modal dibagi Harga Jual nila /kg Rp.15.000
                              = 68.700.000 / 15.000
                              = 4580 (Kembali modal pada 4580 kg nila dari 10.000kg)

 Revenue Cost Ratio (R/C ratio) 

Perbandingan pendapatan dan pengeluaran.
                              =Pendapatan dibagi Pengeluaran
                              = 150.000.000 / 68.700.000
                               = 2.1
Nilai R/C ratio sebesar 2.1 menunjukan usaha pembesaran nila sangat menguntungkan jika dilakukan.
Dari setiap Rp.1 modal yang dikeluarkan, menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2.1 Perkiraan pendapatan ini adalah perkiraan kasar, bisa lebih rendah atau lebih tinggi tergantung dari pengelolaan dan keuletan pengusaha. perhitungan ini sebagai gambaran bidang usaha pembesaran saja tapi bisa juga untuk usaha lain sebagai contoh dalam menghitung rencana usaha.

sumber: http://ikannila.com/